NII KW9 > Markas NII, Tak Disangka Rumah Mewah itu

Tak Disangka Rumah Mewah Itu Markas NII


Polisi menggeruduk sekelompok warga yang diduga menggalang rencana besar. Belasan orang, pria dan wanita, digelandang dari rumah besar di Parongpong. Mereka dituduh menyiapkan makar.

RUMAH mewah berlantai dua di Blok B Kompleks Puri Budi Asri, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (27/4) pagi terlihat sepi. Baik pintu pagar, pintu garasi, maupun pintu utama tertutup rapat.

Hanya ada dua pakaian yang tergantung di lantai dua dan dua pasang sandal tergeletak di depan pintu utama rumah. Ucapan salam tak bersambut. "Sejak penangkapan kemarin, rumah itu sepi," kata Ketua RW XI Imam Sujadi (57). "Yang biasanya jaga rumah, si Sulaiman, sekarang entah ke mana," imbuhnya.

Rumah besar bercat putih itu, sejak Kamis (24/4) jadi gunjingan warga. Sekelompok polisi menggeruduk rumah yang belakangan disebut sebagai markas anggota kelompok Negara Islam Indonesia (NII).

Sebelumnya, tak ada yang menduga di situlah orang-orang yang punya agenda besar, mendirikan sebuah negara berbasis agama, berkumpul, berunding, dan mematangkan rencananya.
"Saya saja sebagai ketua RW tak menyangka rumah itu dijadikan markas NII. Karena sebelum penangkapan, rumah itu seringkali kosong dan yang ada hanya penjaganya yang memang tak mencurigakan," tegas Imam.

Rumah yang akhirnya dicap sebagai markas NII itu adalah rumah kontrakan. Pemiliknya bernama Taufik atau Opik, yang kabarnya tinggal di kawasan Bandung Timur. Namun Imam dan warga lain tak pernah mengenal atau melihat langsung pemilik rumah.
"Walaupun sudah setahun dikontrak, saya tak pernah melihat Opik. Yang di rumah itu hanya si Sulaiman dengan keluarganya," tegas Imam. Sulaiman pun jarang kontak dengan tetangga. Apalagi berbincang dengan dirinya.

Permukiman itu memang kawasan elite dengan tingkat individualitas sangat tinggi. "Saya atau penjaga kemanan bersapa paling-paling kalau ada iuran RW atau ada acara keramaian," tutur Imam.
Imam juga belum pernah melihat ada keramaian di rumah itu. "Paling juga tiga bulan sekali, itu pun seperti acara silaturahmi keluarga. Tidak ada kendaraan berjejer atau tenda-tenda," ucapnya.

Hal serupa disampaikan Tatang (40), warga di RW yang sama. Tak ada hal mencurigakan dari rumah di Blok B tersebut. "Pakaiannya biasa, bahkan wanitanya pun tak memakai cadar," kata Tatang sembari menyatakan dirinya tak mengenal penghuni rumah itu karena tertutup.
Imam, Tatang, dan warga lain baru ngeh pascapenggerebekan. "Waktu itu saya kaget, tiba-tiba saja polisi mendatangi saya dan meminta diantarkan ke rumah tersebut untuk menangkap seorang penipu," tegas Imam.

"Ternyata setelah saya ikut menangkap bersama polisi, bukannya penipu yang diamankan, tapi belasan orang dari berbagai usia yang tengah rapat. Kemudian ketika saya melihat papan tulis yang berada di tengah rumah, baru diketahui belasan orang yang kebanyakan kaum muda itu tengah rapat NII. Karena di papan tulis tersebut tertulis deklarasi negara Islam beserta visi dan misinya," tegas Imam.

Imam juga mengatakan, selain mengamankan para aktivisnya, di rumah tersebut pun polisi mengamankan puluhan buku berisi dokumen NII, yang pada sebagiannya tertulis pasal-pasal. Tak hanya itu, beberapa tumpuk buletin bertuliskan "Al Zaitun" ikut diamankan.
"Katanyanya sih buletin Al Zaitun itu diedarkan ke sesama anggota, dan pengedarnya si Sulaiman," jelas Imam.(*)
----------------------------
Buat rekan-rekan korban NII KW9, yang ingin bergabung dalam forum, menulis di blog ini dan mengungkap kisah selama di NII KW9 silahkan email ke abasyah.blog@gmail.com

Tidak ada komentar: