Al Chaidar, penulis buku tentang sepak terjang Ma`had Al Zaytun mengadukan Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Makhmud Hendropriyono ke Markas Besar Polri di Jakarta Selatan, Jumat (28/11). Hal ini terkait dengan ancaman Hendropriyono yang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya kepada pihak-pihak yang menghujat pesantren pimpinan As Panji Gumilang tersebut. Dan Al Chaidar pun mengaku sering menerima teror, baik fisik maupun melalui telepon. "Ancamannya mengerikan, seperti akan membunuh dan akan menghancurkan kita [Darul Islam, organisasi yang diikuti Al Chaidar]. Alasannya, karena kita telah membuka aib Al Zaytun," kata Al Chaidar.
Ancaman Kepala BIN itu disampaikan saat berpidato mewakili Presiden Megawati Sukarnoputri di Kompleks Ma`had Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, 13-14 Mei 2003. Mantan Panglima Komando Daerah Militer Jaya ini juga menyatakan, sejumlah penulis buku yang mengritik Al Zaytun adalah orang-orang yang iri hati dan membenci kemajuan Islam.
Untuk menguatkan pengaduannya, aktivis Darul Islam (DI) itu sengaja membawa sejumlah dokumen penelitian dari berbagai organisasi Islam dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam dokumen disebutkan, jaringan Ma`had Al Zaytun selaku sayap fungsional sebagai cikal bakal Negara Islam Indonesia (NII). Namun pihak Al Zaytun pernah membantah tuduhan yang dilontarkan terhadap mereka. Untuk pengaduan ini, Hendropriyono belum dapat dimintai tanggapannya. Pasalnya, mantan Menteri Transmigrasi era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie itu sedang berada di Amerika Serikat.
Sebelumnya, keluhan sejenis pernah dilontarkan Al Chaidar. Mantan Juru Bicara DI ini pun sempat melaporkan mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Z.A Maulani ke Kepolisian Daerah Metro Jaya, tahun silam. Bukti yang dibawa Al Chaidar adalah Majalah Mingguan Gatra terbitan 1 Desember 2001 [baca: Al Chaidar Mengadukan Z.A. Maulani ke Polda]. Dalam majalah tersebut, Maulani menyebutkan bahwa Al Chaidar termasuk megalomania--mengagungkan diri yang berlebihan--dan pelaku penipuan terhadap Wardiman Djojonegoro, bekas pejabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Al Chaidar pernah diinterogasi di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, akhir 2002. Saat itu, lelaki berusia 30-an tahun tersebut dianggap mengetahui para pelaku teror bom di sejumlah tempat di Ibu Kota. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Al Chaidar yang menyebutkan bahwa tiga dari 14 faksi di DI adalah kelompok garis keras. Menurut data yang dihimpun Al Chaidar, kelompok itulah yang melakukan aksi peledakan bom di Gereja Petra, Koja, Jakarta Utara, dan Australian International School di Jakarta Selatan.(DEN/Christiyanto dan Jhoni Akbar)
Ancaman Kepala BIN itu disampaikan saat berpidato mewakili Presiden Megawati Sukarnoputri di Kompleks Ma`had Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, 13-14 Mei 2003. Mantan Panglima Komando Daerah Militer Jaya ini juga menyatakan, sejumlah penulis buku yang mengritik Al Zaytun adalah orang-orang yang iri hati dan membenci kemajuan Islam.
Untuk menguatkan pengaduannya, aktivis Darul Islam (DI) itu sengaja membawa sejumlah dokumen penelitian dari berbagai organisasi Islam dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam dokumen disebutkan, jaringan Ma`had Al Zaytun selaku sayap fungsional sebagai cikal bakal Negara Islam Indonesia (NII). Namun pihak Al Zaytun pernah membantah tuduhan yang dilontarkan terhadap mereka. Untuk pengaduan ini, Hendropriyono belum dapat dimintai tanggapannya. Pasalnya, mantan Menteri Transmigrasi era Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie itu sedang berada di Amerika Serikat.
Sebelumnya, keluhan sejenis pernah dilontarkan Al Chaidar. Mantan Juru Bicara DI ini pun sempat melaporkan mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Z.A Maulani ke Kepolisian Daerah Metro Jaya, tahun silam. Bukti yang dibawa Al Chaidar adalah Majalah Mingguan Gatra terbitan 1 Desember 2001 [baca: Al Chaidar Mengadukan Z.A. Maulani ke Polda]. Dalam majalah tersebut, Maulani menyebutkan bahwa Al Chaidar termasuk megalomania--mengagungkan diri yang berlebihan--dan pelaku penipuan terhadap Wardiman Djojonegoro, bekas pejabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Al Chaidar pernah diinterogasi di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, akhir 2002. Saat itu, lelaki berusia 30-an tahun tersebut dianggap mengetahui para pelaku teror bom di sejumlah tempat di Ibu Kota. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Al Chaidar yang menyebutkan bahwa tiga dari 14 faksi di DI adalah kelompok garis keras. Menurut data yang dihimpun Al Chaidar, kelompok itulah yang melakukan aksi peledakan bom di Gereja Petra, Koja, Jakarta Utara, dan Australian International School di Jakarta Selatan.(DEN/Christiyanto dan Jhoni Akbar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar